Selasa, 27 September 2022

PENGETAHUAN DASAR NUTRISI PAKAN AYAM

Faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan ayam adalah pengaturan pakan. Tanpa pengaturan pakan yang baik, maka produksi yang diharapkan baik daging atau telur, bisa tidak mencapai yang diinginkan. Selain kuantitas, kualitas pakan ternak juga perlu diatur dalam rangka untuk meningkatkan penjaminan mutu dan keamanan pakan yang akan diedarkan, baik terhadap hewan, manusia maupun lingkungan. Itu sebabnya dalam Peraturan Menteri Pertanian No 22 Tahun 2017 diatur bahwa semua pakan yang dibuat atau diproduksi untuk diedarkan baik yang diperdagangkan maupun tidak, wajib memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP) serta Sertifikat Mutu dan Keamanan Pakan.

Untuk memperoleh NPP tersebut, pelaku usaha atau pemohon harus memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis. Salah satu persyaratan teknis yang harus dilengkapi, yakni pakan yang didaftarkan harus lulus uji mutu dan keamanan pakan. Oleh karena itu, pemohon berkewajiban untuk mengirim sampel ke Lembaga Pengujian Mutu dan Keamanan Pakan milik pemerintah yang telah terakreditasi.

Pakan ayam


Kelulusan uji mutu dan keamanan pakan ditentukan oleh pemenuhan kandungan nutrisi dan anti nutrisi pakan atau bahan pakan seperti telah dipersyaratkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal untuk pakan yang belum mempunyai SNI.

SNI adalah merupakan satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN).  SNI disusun sesuai dengan WTO Code of good practice.

Beberapa SNI untuk pakan ternak ayam juga kami sertakan informasinya di bawah ini :

  • SNI 3148.3 : 2016 : pakan konsentrat ayam petelur layer
  • SNI 3148.5 : 2016 : pakan konsentrat ayam petelur dara
  • SNI 3148.5 : 2016: pakan konsentrat ayam broiler
  • SNI 8290 .1: 2016 : pakan ayam ras petelur (layer pre starter)
  • SNI 8290 .2: 2016 : pakan ayam ras petelur (layer)
  • SNI 8290 .3: 2016: pakan konsentrat ayam petelur layer
  • SNI 8290 .4: 2016: pakan konsentrat ayam ras petelur dara
  • SNI 8290 .5: 2016: pakan ayam ras petelur (layer )

Pengetahuan dasar nutrisi pakan ternak ayam sesuai SNI

Kandungan nutrisi dari suatu bahan pakan/pakan yang harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal serta pengaruhnya terhadap fisiologi dan produksi ternak. Penjelasan di bawah ini untuk tipa nutrisi yang harus diperhatikan 

1. Air

Kadar air menentukan lama penyimpanan pakan dan persentase kandungan nutrisi lainnya. Kadar air yang melebihi standar akan memicu tumbuhnya jamur.

Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat.

Fungsi air adalah sebagai pelarut, pemecah dan pengangkut metabolisme.

2. Abu

Menggambarkan kandungan mineral total dalam pakan. Kelebihan kadar abu dapat menurunkan nafsu makan dan mengganggu keseimbangan serta penyerapan mineral lainnya. Sedangkan kekurangan kadar abu akan menganggu proses metabolisme tubuh, menghambat pertumbuhan tulang, dan menganggu kerja otot.

Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut. Abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).

3. Protein

Fungsi protein adalah untuk pertumbuhan, mengganti jaringan yang mati, pembentukan anti bodi.  Jika kandungan protein dalam ransum tidak memenuhi kebutuhan protein ayam, maka pertumbuhan ayam akan lambat. Gejala defisiensi asam amino juga tidak terlihat spesifik, gejalanya hanya terlihat dari pertumbuhan lambat, konsumsi menurun atau penurunan produksi telur dan ukuran telur.

Ransum dengan kadar protein yang tinggi, misalnya 25%. Jika ransum ini diberikan pada ayam petelur masa grower maka ayam akan menjadi kegemukan sehingga nantinya produksi telur tidak bisa optimal. Belum lagi, kelebihan kadar protein tersebut akan dikeluarkan dari tubuh ayam melalui mekanisme yang memerlukan energi lebih banyak dan menimbulkan permasalahan peningkatan kadar amonia. Dari sisi pengelola (peternak,red) kadar protein yang tinggi ini adalah cost (biaya). Semakin tinggi kadar protein kasar dalam suatu ransum maka harga ransum tersebut akan semakin mahal, terlebih lagi bahan baku sumber protein harganya relatif mahal.  
            

4. Lemak


Merupakan sumber energi dan pelarut vitamin A, D, E, dan K. Kadar lemak yang berlebih akan mempercepat proses ketengikan pakan. Akan tetapi jika kadarnya kurang akan menyebabkan turunnya penyerapan vitamin (A, D, E, K), menurunkan palatabilitas pakan, dan membuat pakan mudah berdebu.

5. Serat Kasar

Kadar serat kasar dan lemak kasar juga hendaknya tidak melebihi standar. Pada hasil uji dari BPMSP Bekasi tercantumkan kata “maks” yang berarti maksimal, tidak boleh melebihi standar. Hal ini dikaitkan dengan efek negatif yang ditimbulkan jika kadar kedua nutrien ini relatif tinggi. Kelebihan kadar serat kasar akan mengakibatkan feed intake menurun mengingat serat kasar tidak bisa dicerna oleh tubuh ayam. Lemak kasar yang berlebih akan menjadikan ransum mudah tengik sehingga vitamin larut lemak, seperti A, D, E dan K rusak.
 

6. Calsium dan Phospor (Ca dan P)

Kedua mineral ini mempunyai fungsi masing masing, sebagai berikut :
Kalsium berfungsi untuk produksi dan ketebalan kerabang
Phospor berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan dan pertumbuhan, produksi serta berat telur

Kalsium dan phospor merupakan dua mineral makro yang sangat berpengaruh terhadap kualitas kerabang telur dan kerangka tubuh (tulang) ayam. Selain itu, phospor sangat diperlukan dalam proses metabolisme. Kelebihan kalsium dan phospor akan mengganggu penyerapan nutrisi dan memperberat kerja ginjal. Namun kekurangan keduanya akan mengganggu pertumbuhan tulang dan kualitas kerabang telur.

Keseimbangan Kalsium dan Phospor

Mengingat sangat pentingnya Ca dan P dalam metabolisme, maka dalam penyusunan ransum hendaknya benar-benar diperhatikan. Sehingga tidak terjadi kekurangan salah satu atau keduanya yang dapat menyebabkan tidak tercapainya produksi maksimal, tentunya sedapat mungkin optimal seperti yang diharapkan.

  1. Kecukupan Ca dan P tergantung pada 3 faktor :
  2. kecukupan kedua mineral dalam ransum,
  3. kesesuaian perbandingan keduanya dan
  4. ketersediaan vitamin D.


Dari ketiga faktor tersebut, kesesuaian keseimbangan antara Ca dan P yang jarang diperhatikan. Masih banyak menyusun ransum tanpa memperhatikan keseimbangan Ca dan P. Asal sudah lebih dari yang dibutuhkan, dianggap cukup. Padahal keseimbangan kedua mineral ini sangat penting untuk diperhatikan. Perbandingan Ca dan P dalam ransum merupakan hal yang penting dalam absorpsi dan kadar Ca dan P darah.

Bila penggunaan Ca lebih banyak dari pada P, maka kelebihan Ca tidak akan diserap tubuh. Kelebihan Ca tersebut akan bergabung dengan P membentuk trikalsium fosfat yang tidak larut. Sebaliknya, kebanyakan P akan mengurangi penyerapan Ca dan P. Terlalu kecilnya perbandingan Ca dan P (kurang dari 0,5 :1) dapat menyebabkan defisiensi Ca, demikian juga jika terlalu tinggi (lebih dari 5:1),adalah berbahaya.

7. Aflatoksin

Aflatoksin adalah mikotoksin yang dihasilkan oleh fungi Aspergillus sp; merupakan senyawa yang stabil dan tahan terhadap proses pengolahan pakan.

Pakan ternak yang mengandung aflatoksin di atas ambang batas akan menyebabkan ternak yang mengkonsumsinya keracunan.
Aflatoksin B1 pada ternak  bersifat :
Nefrotoksik, menyebabkan gangguan : metabolisme, absorbsi lemak, penyerapan unsur mineral (Cu, Fe, Ca, P, beta-karoten), juga perdarahan dan memar.
Imunosupresif, menyebabkan penurunan fungsi kekebalan tubuh, mengakibatkan pertumbuhan terhambat, kematian meningkat, dan produksi menurun.
Aflatoksin M1, merupakan hasil metabolisme aflatoksin B1, pada ruminansia dieksresikan melalui air susu, mempunyai sifat karsinogenik, genotoksik,hepatoksik pada manusia.

Dikarenakan sifatnya, maka cemaran aflatoksin sangatlah berbahaya bagi manusia maupun ternak.

8. Asam Amino

Keseimbangan dan kelengkapan asam amino essensial sangat menentukan kualitas protein bahan pakan/pakan yang digunakan dalam ransum.
Asam amino essensial yaitu asam amino yang harus disediakan dalam pakan karena ternak tidak mampu atau hanya sedikit mensintesanya.
Asam amino lisin, metionin, triptofan merupakan asam amino essensial yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum karena lisin merupakan asam amino pembatas utama unggas disusul metionin sebagai asam amino pembatas kedua, kemudian triptofan merupakan asam amino essensial dalam pakan unggas.

Kekurangan salah satu asam amino bisa menyebabkan penurunan pertumbuhan.
Penambahan metionin ke dalam pakan ayam pedaging menghasilkan perbaikan dalam pertumbuhan, produksi dan terutama efisiensi penggunaan pakan.

Proporsi Asam Amino yang tidak seimbang dan tidak sesuai dengan kebutuhan ternak ayam mengakibatkan kurang efisiennya penggunaan pakan. Selanjutnya, sebagai akibat dari kurang efisiensi penggunaan pakan pada ternak ayam adalah kondisi tubuhnya tidak fit dan produksinya juga tidak maksimal.

9. Energi Metabolis

Energi metabolis pakan merupakan faktor penting yang mempengaruhi komposisi karkas terutama proporsi kadar lemak. Pakan dengan energi tinggi akan menghasilkan proporsi kadar lemak yang tinggi pula.  Energi metabolis pakan adalah sumber ATP (penggerak dan produksi)

Pengaruh kekurangan energi pada performan sangat besar. Pengaruh terbesar pada ayam broiler adalah memperburuk FCR (Feed Consumption Rate). Pada saat energi per kg pakan kurang dari kebutuhan, maka ayam akan mengkonsumsi pakan lebih banyak untuk menjaga kebutuhan energi tubuhnya. Akan tetapi, walaupun ayam makan lebih banyak, pertambahan berat badannya justru tidak ikut meningkat. Dan ini membuat pemenuhan kebutuhan energi menjadi lebih mahal serta mengurangi ‘value’ dari energi itu sendiri.

BACA  JUGA:

Cara Penyimpanan Pakan Ayam 

Sejarah Asal Usul Ayam

Dengan memahami SNI pakan serta pengaruhnya terhadap fisiologi dan produksi ternak, diharapkan pakan yang beredar dan dikonsumsi oleh ternak adalah pakan yang baik dan berkualitas, yang sudah memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pakan serta aspek ekonomi. Aspek tersebut penting untuk dipenuhi karena akan berpengaruh pada performance dan kesehatan ternak, penyediaan pangan hasil ternak, keamanan konsumen dalam mengkonsumsi pangan hasil ternak, serta efisiensi biaya agar dihasilkan pakan yang bernilai ekonomis.

 

Admin